jump to navigation

Lingkungan Hidup Oktober 7, 2008

Posted by cafestudi061 in Isu Lingkungan Hidup.
add a comment

Lingkunan hidup adalah satu-satunya isu global yang mungkin bisa menyaingi isu terorisme. Dibalik dari dampaknya, penataan lngkungan hidup yang semrawut bisa memakan korban lebih besar ketibang aksi terorisme. Banjir, longsor, badai dan puting beliung adalah beberapa contoh bencana alam yang disebabkan adanya gangguan pada lingkungan hidup.

Menyikapi hal ini, banyak di antara kita yang mulai memikirkan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hudup. Gema semboyan let’s go green mulai terdengar dimana-mana. Salah satunya dapat kita saksikan dalam blog Green Blog. Seperti media sadar lingkungan hidup lainnya, blog ini hadir untuk mempromosikan upaya pelestarian lingkungan hidup.

Kebijakan politik, teknologi, serta perilaku individu yang mempengaruhi upaya menghijaukan kembali bumi ini dapat dibaca disini. Kebijakan politik AS, sebagai satu-satunya Negara yang belum meretifikasi Protokol Kyoto guna mengerem laju emisi gas rumah kaca, menjadi sorotan utama blog ini, selain teknologi dan suber energy baru yang ramah lingkungan. (info : http://grenn-blog.org)

Banjir Oktober 7, 2008

Posted by cafestudi061 in Isu Lingkungan Hidup.
add a comment

 

            Ditahun-tahun yang lalu setiap bulan September, Oktober, Nopember dan Desember sering curah hujan tinggi, yang mengakibatkan debit air banyak dan berdampak besar akan terjadinya banjir. Tidak pandang tempat di belahan bumi manapun hal ini bisa terjadi. Mari kita mengingat dan melihat kembali peristiwa-peristiwa yang sering kita baca, dengar dan lihat baik melalui media masa seperti koran, majalah dan mass media televisi atau internet, Pada bulan-bulan yang mengandung akhiran ber tersebut dibeberapa tempat akan terjadi banjir. Mungkin ada benarnya seperti yang sudah didengungkan dan dinasehatkan oleh nenek-nenek kita di jaman dahulu, bahwa menjelang bulan September, Oktober, November dan Desember sediakanlah banyak penampung air seperti ember, gentong, dan bejana kosong yang bisa dipakai untuk menampung dan menadah air hujan. Untuk itu mari kita coba lihat apa yang sudah terjadi dan diberitakan seperti kejadian di bawah ini,

Pada harian Riau Pos, ahad, 24 Desember 2006 di halaman depan headline tertulis ’53 Desa di Kampar tenggelam’ bahkan tinggi air mencapai dua meter lebih. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Pada 21 Desember 2006 di Malaysia, khususnya di Johor Bahru sekitar 50.000 orang masyarakat diungsikan karena daerah tersebut dilanda banjir. Tidak hanya itu saja tragedi banjir dan juga adanya longsor melanda Kampung Mortan, Malaysia pada tanggal 22 Desember 2006. Begitu juga Nairobi di daerah Gaarsen juga dilanda banjir pada tanggal yang sama, dan sekitar 723.000 orang diungsikan.

Hampir dimerata tempat mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi mengalami bencana yang sama, bahkan ada daerah –daerah yang kena gempa yang dapat mengakibatkan tanah longsor. Longsor dan banjir merusak banyak rumah tempat tinggal penduduk. Begitu juga  sarana infrastruktur, seperti jalan-jalan rusak , mengakibatkan terhalangnya untuk mengangkut bantuan ketempat bencana. Lebih parah lagi jika sarana aliran listrik terputus untuk beberapa waktu.

Dari semua hal diatas  sering terjadi dan terulang kembali. Ini sebenarnya adalah karena hutan dan hutan dilingkungan di mana banyaknya penduduk berada sudah habis ditebang dan diambil pohonnya. Akibat dari hutan-hutan yang ditebangi menyebabkan permukaan tanah yaitu lapisan pada permukaan tanah tak mampu lagi untuk menyerap dan menahan derasnya aliran air.  Apalagi di bulan Desember curah hujan tinggi, dan dengan hujan lebat yang mengguyur di tempat-tempat dimana daya serap airnya rendah akan mengakibatkan banjir. Keadaan ini pun sudah tidak semudah dan secepatnya bisa diatasi, dikarenakan proses penanaman dan penanggulangan lahan-lahan gundul membutuhkan biaya besar, pengorganisasian dan pengawasan yang serba kompleks. Selain itu diperlukan waktu panjang untuk dapat menanami pohon-pohon dan untuk memperbaiki struktur tanah agar dapat berfungsi sebagai penampung dan sebagai resapan air.  Belum lagi pohon-pohon pengganti  yang tumbuh membesar, lalu dipotong, karena pohon-pohon yang ditanam tersebut diperuntukkan , bukan sebagai pengganti pohon-pohon yang telah ditebang sebagai pencegah terjadinya banjir, tetapi lebih diutamakan untuk pembuatan bahan kertas.

Kertas yang sebenarnya di era digital dan globalisasi sekarang ini sudah sepatutnya lebih sedikit keperluan dan pemakaiannya. Ternyata hal ini sebaliknya, semakin maju dan cepatnya dunia informasi dan komunikasi dalam era digital, kebutuhan dan pemakaian kertas meningkat tajam. Perhatikan sekeliling anda . Kertas ada di mana-mana, dalam berbagai bentuk dan fungsi. Berdasarkan data dari Nasional Association of Paper Merchants di Inggris, tahun ini dunia diperkirakan akan melahap 280 juta ton kertas. Jumlah tersebut setara dengan 56 milyar lembar kertas berukuran kwarto tebal. Untuk memproduksi 1 ton kertas, dibutuhkan 24 pohon sebagai bahan baku. Jadi, tahun ini paling tidak 12 juta pohon akan ditebang untuk dijadikan kertas. Adakah jalan keluarnya ? Pasti ada yaitu, dengan adanya teknologi  baru, yaitu salah satu penemuan penting di abad ini yang diprediksi akan merevolusi dunia percetakan dan penerbitan di masa depan yaitu electronic ink (e-ink). Maka era digital kedepan akan sangat besar sekali perannya dalam proses penyusutan dan pengurangan ketergantungan akan kertas, yaitu dengan electronic ink.  Dengan electronic ink yang masih dikembangkan dapat membuat dan menciptakan bahan-bahan bacaan, media informasi seperti koran, majalah dan buku-buku pelajaran serta kebutuhan transaksi bisnis dalam bentuk keras yang nantinya tidak memerlukan lagi kertas (hard copy). Bahkan akan dapat menggeser media CD, DVD, flash disk, bahkan memori. Dimana dengan e-ink yang sedang dikembangkan oleh perusahaan e-ink E Ink, Co dan Xerox yang dapat juga dipakai sebagai mencetak pada kertas biasa, e-ink juga dirancang untuk digital book, yang halaman-halamannya terbuat dari sejenis plastik yang sangat tipis. Secara garis besar e-ink  memiliki tiga komponen utama yang digunakan dalam membuat e-ink, yaitu : (1) jutaan mikrokapsul atau lubang kecil, (2) Tinta atau cat berminyak yang mengisi mikrokapsul atau lubang, dan (3) Chip atau bola-bola berpigmen yang bermuatan negative yang mengambang di dalam mikrokapsul.

Kembali kepada awal tulisan kita ini, yaitu banyaknya tempat-tempat di muka bumi ini dilanda banjir, jika tiba musim hijan dimana setiap hujan deras atau lebat dalam jangka waktu lebih dari tiga jam saja langsung dapat mengakibatkan banjir. Selain itu ada gejala dan isu lain yang sering digembar-gemborkan oleh para pemimpin dunia dan peneliti dunia ini, yaitu dengan menggunakan kata sakti Global Warning. Global warning adalah gejala meningkatnya dan cepat naiknya suhu di atmosfir bumi. Ada banyak alasan yang menyebabkan terjadinya proses meningkatnya suhu di atmosfir bumi kita ini, diantaranya adalah karena efek rumah kaca, dengan pesatnya pembangunan gedung-gedung dan bangunan yang menggunakan kaca, yang berikutnya adalah proses pembakaran dari pabrik-pabrik dan industri-industri yang menggunakan bahan bakar minyak bumi (BBM) yang mengeluarkan karbon dioksida, terus pemotongan dan penggundulan daerah paru-paru bumi, seperti  daerah hijau di Irian, Kalimantan dan Sumatera , Indonesia dan belahan bumi lainnya. Ini semua adalah ulah manusia itu sendiri. bumi ini hanya satu dan tidak ada lagi dunia yang kita tinggali dan tempati yang sama seperti bumi kita ini. Yang lebih parahnya lagi yaitu dengan sengaja membakar hutan atau terbakarnya hutan-hutan pinus, seperti di Amerika, dan Australia. Mungkin efek dari global warning ini  20  atau 100 tahun kedepan di banyak tempat, pulau-pulau dan daratan banyak yang akan tenggelam. Bahkan dengan pertumbuhan dan pertambahan penduduk yang rata-rata sampai 15 persen setahun dan dengan daratan berkurang akibat adanya banjir, atau kenaikkan permukaan laut karena mencairnya es dikutub utara maupun kutub selatan.  Jelas akan terjadi seperti  zaman Nabi Nuh, ketika Allah menurunkan ‘azab’  banjir, yang menenggelamkan bumi ini.  Apakah kita akan mampu bertahan dan tinggal di daratan atau bumi kita ini ? Atau mampukah kita bertahan  hidup walaupun dengan bangunan gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar ? Atau adakah tempat lain yang perlu kita benahi selain di bumi ini untuk kita dapat hidup,  tinggal dengan layak,  aman, tertib dan damai tanpa kawatir akan datangnya banjir ? Semoga saja apa yang sudah dan yang akan dilakukan oleh umat manusia agar dapat membuat bumi ini tetap menjadi satu-satunya yang dapat dihuni, setelah itu mati. Marilah kita semua berusaha membuat tempat dimana kita tinggal bebas dari ancaman banjir.

 

cafestudi061